Festival Gamelan Manggala 2025 Resmi Ditutup, Jadi Ruang Ekspresi dan Kebanggaan Budaya Nusantara
- account_circle Haya
- calendar_month Sen, 22 Sep 2025
- comment 0 komentar

Banyuwangi1tv.com – Denting gamelan, riuh tari, dan sorak warga yang selama sepekan menggema di Kampung Candi, Dusun Sidorejo Wetan, Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, akhirnya berhenti pada Minggu malam (21/9/2025). Festival Gamelan Manggala (FGM) 2025 resmi ditutup, meninggalkan jejak kebersamaan sekaligus janji akan hadir kembali dengan kemeriahan lebih besar tahun depan.
Festival yang berlangsung tujuh hari penuh ini bukan sekadar pertunjukan seni. Ia menjadi ruang ekspresi, pertemuan, dan kebanggaan. Dari gamelan, tari, hingga kesenian rakyat, masyarakat seakan menemukan kembali identitas budaya yang diwariskan turun-temurun.
Penutupan berlangsung meriah. Sorak sorai pecah ketika anak-anak dari berbagai sekolah dan sanggar tari, yang sejak awal ikut dalam lomba tari, naik ke panggung menerima tropi. Bagi sebagian orang itu mungkin hanya sebatas kompetisi, namun bagi mereka, penghargaan itu adalah pengakuan bahwa karya kecil dari desa mampu berdiri sejajar di panggung budaya besar.
Tak hanya panggung seni, FGM 2025 juga menghadirkan pameran foto, instalasi, dan lukisan dengan karya perupa lokal dari komunitas Seniman paras Blambangan.
Di sudut lain, Fiesta UMKM menautkan ekonomi dengan budaya. Pengunjung dapat mencicipi kuliner tradisional, membeli kerajinan, hingga berinteraksi langsung dengan pelaku usaha lokal. Semua teranyam dalam suasana festival yang ramai, hangat, dan penuh semangat gotong royong.
RM. Yasmaradhana Agus Suyanto, Ketua Panitia Pelaksana menegaskan, keberhasilan tahun ini menjadi pijakan untuk menghadirkan konsep lebih segar di tahun mendatang. “Festival Gamelan Manggala akan terus hadir, dengan tema yang berbeda, agar seni dan tradisi tidak hanya dirayakan, tetapi diwariskan,” ungkap Romo Agus
Festival Gamelan Manggala 2025 akhirnya meninggalkan pesan sederhana namun kuat budaya hidup karena ada ruang untuk merayakannya. Setiap denting gamelan, setiap langkah tari, setiap karya yang dipamerkan adalah ingatan kolektif bahwa seni bukan sekadar tontonan, melainkan identitas yang dijaga bersama.
Bagi masyarakat, festival ini adalah kisah tentang gotong royong, cinta budaya, dan keyakinan bahwa tradisi adalah warisan paling berharga untuk generasi mendatang.
- Penulis: Haya
Saat ini belum ada komentar