Desa Tematik Bumi Angklung, Warga Sembilan Dusun Gelar Kirab Budaya
- account_circle Haya
- calendar_month Ming, 15 Jun 2025
- comment 0 komentar

Banyuwangi1tv.com – Ribuan warga Desa Singojuruh, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, kompak menggelar kirab budaya bertajuk Ruwat Rawat Singomanjuruh, Sabtu (14/6/2025). Kegiatan ini menjadi penanda ditetapkannya Singojuruh sebagai salah satu desa tematik dengan identitas budaya Bumi Angklung.
Kirab budaya dimulai dari depan Kantor Desa Singojuruh dan berakhir di Dusun Kemiren. Sepanjang rute yang membentang hampir dua kilometer, ribuan penonton memadati sisi jalan, menyaksikan beragam atraksi seni musik bambu serta ekspresi kehidupan masyarakat agraris yang ditampilkan oleh sembilan dusun.
Sembilan dusun yang ambil bagian dalam kirab tersebut meliputi Krajan Barat, Krajan Selatan, Krajan Timur, Juruh, Kemiren, Klatakan, Pasinan Timur, Pasinan Barat, dan Kunir. Masing-masing dusun menampilkan pertunjukan bertema potensi dan keunikan lokal berbahan utama bambu—melambangkan akar budaya serta kekayaan alam yang dimiliki.
Acara dibuka langsung oleh Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, Taufik Rohman. Turut hadir budayawan internasional asal Indonesia, Prof. Sumarsam dari Wesleyan University, Amerika Serikat. Sejumlah tokoh lainnya juga tampak hadir, di antaranya anggota DPRD Banyuwangi Suwito dan Ratih Nurhayati, Sekretaris Dinas PMD Choliqul Ridlo, Forpimka Singojuruh, serta Ketua Asosiasi Kepala Desa Banyuwangi, Budiharto.
Kepala Desa Singojuruh, Suharto, menjelaskan bahwa penetapan desanya sebagai Bumi Angklung didasarkan pada kekayaan budaya warganya yang telah mengakar sejak lama, terutama dalam seni angklung.
“Desa tematik ini memberi identitas unik bagi Singojuruh. Angklung bukan sekadar alat musik, tapi bagian dari hidup masyarakat kami sejak dulu,” ujar Suharto.
Angklung merupakan alat musik tradisional berbahan bambu. Di Singojuruh, terutama di Dusun Kunir dan Pasinan, tumbuh bambu pilihan yang digunakan untuk membuat angklung. Jenis bambunya pun dipilih secara khusus karena memengaruhi kualitas suara.
Seni angklung di kawasan ini berkembang sejak tahun 1940-an. Bahkan di Dusun Pasinan Barat, terdapat Angklung Caruk, sebuah bentuk pertunjukan tradisi yang mempertemukan dua kelompok pemain angklung dalam satu arena. Pertunjukan ini menjadi bukti eksistensi budaya angklung yang terus hidup lintas generasi.
Kualitas sumber daya manusia di bidang seni juga tidak kalah. Hingga kini, maestro-maestro angklung dari Singojuruh masih aktif berkarya dan melatih generasi muda, memastikan warisan budaya tetap lestari di tengah arus modernisasi.
- Penulis: Haya
Saat ini belum ada komentar